Rabu, 25 Februari 2015

Keikil Tajam dan yang terempas dan yang putus

Data buku kumpulan puisi Judul : Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus Penulis : Chairil Anwar Cetakan : XVI, 2007) Penerbit : PT. Dian Rakyat, Jakarta Tebal : 56 halaman (38 puisi) ISBN : 979-523-065-4 Kulit muka : Su Lan Vignet : O. Effendi Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar dalam Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus Nisan Untuk Nenekanda Bukan kematian benar menusuk kalbu Keridlaanmu menerima segala tiba Tak kutahu setinggi itu atas debu Dan duka maha tuan bertakhta Oktober 1942 Sendiri Hidupnya tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnya Ia membenci. Dirinya dari segala Yang minta perempuan untuk kawannya Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu? Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu! Pebruari 1943 Hukum Saban sore ia lalu depan rumahku Dalam baju tebal abu-abu Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul Bungkuk jalannya – Lesu Pucat muka – Lesu Orang menyebut satu nama jasa Mengingat kerjanya dan jasa Melecut supaya terus ini padanya Tapi mereka memaling. Ia begitu kurang tenaga Pekik di angkasa: perwira muda Pagi ini menyinar lain masa Nanti, kau dinanti-dimengerti! Maret 1943 Di Mesjid Kuseru saja Dia Sehingga datang juga Kamipun bermuka-muka Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada Segala daya memadamkannya Bersimpuh peluh diri yang tak bisa diperkuda Ini ruang Gelanggang kami berperang Binasa-membinasa Satu menista lain gila. 29 Mei 1943 Buat Gadis Rasid Antara daun-daun hijau padang lapang dan terang anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian burung-burung merdu hujan segar dan menyebur bangsa muda menjadi, baru bisa bilang “aku” Dan angin tajam kering, tanah semata gersang pasir bangkit mentanduskan, daerah dikosongi Kita terapit, cintaku - mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak Mari kita lepas, kita lepas jiwa mencari jadi merpati Terbang mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat - the only possible non-stop flight Tidak mendapat Krawang – Bekasi Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan berdegap hari? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami Cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Ataukan jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Sjahrir Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi Tentang Chairil Anwar Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Berpendidikan MULO (tidak tamat). Pernah menjadi redaktur “Gelanggang” (ruang kebudayaan Siasat, 1948-1949) dan redaktur Gema Suasana (1949). Kumpulan sajaknya, Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (bersama Rivai Apin dan Asrul Sani, 1950). Chairil Anwar dianggap pelopor angkatan 45. Ia meninggal di Jakarta, 28 april 1949. Hari kematiannya diperingati sebagai Hari Sastra di Indonesia. Catatan Lain Buku ini terbagi dalam 2 subjudul yaitu Kerikil Tajam (29 puisi) dan Yang terampas dan yang putus (9 puisi). Harga buku ini Rp. 28.500,- Beli pada Januari 2008. Oleh Hajri. Haha. Terusik di rak bukunya yang nyaman tanggal 28 Desember 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar