"SCHOOL YARD"
Bel jam ketiga berbunyi.Semua anak kelas IX-3
langsung lari terbirit-birit.Tujuan mereka hanya satu.Kamar mandi.Bukan untuk
mandi atau praktik ekskresi defekasi massal.Tapi untuk ganti baju
olahraga.Suasana ribut selalu terdengar pada hari Selasa jam ke-3.Tepatnya saat pelajaran olahraga.
Tidak seperti aku.Walaupun juga ribut seperti mereka,tapi aku tidak sesibuk
mereka.Aku santai saja.Apalagi barusan adalah ulangan matematika yang justru
membuatku tertidur.Pergi ke alam mimpi.Bangun tepat bel bunyi.Itupun
dibangunkan Lina,teman sebangkuku.
“Aisyah,mau ganti disini apa dikamr
mandi?’,ucap Lina setelah membangunkanku dengan mencubitku.Terlihat sekali dia
pasang wajah tidak bersalah.”Di kelas aja.Lagian aku dah pke baju
olahraga.Tinggal lepas seragam OSIS.Pegel tau bolak-balik kamar mandi.Cubitanmu
itu looooh.....”,jawabku dengan mata masih setengah tertutup.Ngantuk berat.Lina
tidak menanggapiku.Beberapa menit kemudian,dia sudah berdiri rapi di
depanku.”Buruan Ais,keburu telat nih”,seru Lina.Aku hanya mengangguk pelan.Aku
siap-siap masuk ‘bad to the day’alias ‘bad day.Dengan cekatan,aku telah
berganti baju olahraga.Kalah dikit dengan Lina.Tepat 5 menit.Semua anak IX-3
sudah berada di lapangan.Tinggal aku dan Lina.Mereka sudah berbaris.amenyiapkan
pemanasan.Refleks,aku dan Lina langsung lari ke lapangan.Sayangnya Lina malah
mengajakku ke kamar mandi.
“Ais”,pangginya.Aku yang berkutat dengan waktu
5 menit,seperti yang dijanjikan pak guru,akhirnya menoleh juga.Lina berhenti
lari.Padahal jaraknya sudah dekat.Dia
malah jongkok.Ckk......Ada yang tidak beres,batinku.”Temenin ke kamr mandi
yuk!Pengin praktik ekskresi nih...”,bujuk lina.Mukaku terlipat.Tanda tidak
setuju.Langsung Lina memberi ekskpresi kasihan di wajahnya.Aku menggeleng.Itu
tidak akan berhasil.”Lin,bisa nanti kan?”,jawabku.Lina langsung
menunduk.Akhirnya hatiku luluh.
“Siapa yang tidak ikut pemanasan?”,suara itu
kembali terdengar setelah seminggu tak pernah sampai ke telingaku.”Saya sedang
bicar dengan siapa sih?Tanya ngga ada yang njawab.Sekali lagi.Siapa yang tidak
ikut pemanasan?,serunya sekali lagi.Lebih keras dari yang tadi.Suaranya
menggelegar.Tubuhnya yang tinggi,kurus.Mtanya yang menjorok ke dalam.Sipit
pula.Dengan kacamatanya,ia terlihat gagah.Ditambah lagi tubuhnya yang terlihat
atletik.Gaya bicaranya yang khas diantara guru-guru yang lain,membuat ia
terkenal dikalangan murid.Dia adalah guru olahragaku.Pak Razak.Yang sekarang
sedang petentengan dan memandang kami yang diam.Tanpa muka berdosa,Lina mengangkat
tangannya.Aku yang dari tadi disampingnya,langsung menatapnya.Maksud tatapanku
itu’jangan angkat tangan Lin.Kayak nggak tau Pak Razak aja’.Akhirnya aku dan
Lina lari keliling sekolah sebanyak enam kali.Huffftttttt.....awal yang buruk.
Sudah jadi kebiasaan kelas yang diajar Pak
Razak,harus keliling sekolah sebanyak 3 kali tiap olahraga.Dan saat ini,aku dan
Lina lari sebanyak enam kali.Ditambah 3 kali sebagai hukuman karena tidak kut
pemanasan.
Dengan muka cemberut dan tidak terima,aku
akhirnya lari bersama Lina.Lari 3 kali saja,aku dah ngos-ngosan.Yang
ini.....malah enam kali bro..Mungkin bisa pingsan aku.Semoga hari ini turun
hujan,jadi hukuman dipending dulu.Tapi peluangnya nol.Matahari bersinar
terik.Aritinya tidak ada faktor x yang keluar buatku hari ini.Aku menghela
nafas berat.
“Ais,senyum dong.Setiap pekerjaan itu harus
diterima dengan baik,dinikmati.bukan cemberut,ucap Lina.Aku ngga
termotivasi.Terus melaksanakan hukuman hari ii dengan lumayan
marah.Uuhhhhh...rasanya kakiku patah.
Lina memandangku sekali lagi.Meminta
sahutanku.”Ini ngga balance Lin.Tadi aku kan nemenin kamu ke kamr mandi.Trus
kita telat ke lapangan.trus kita ngga ikut pemanasan.Trus ada Pak Razak.Trus
kita dihukum.”,jawabku terhadap tatapan Lina.Lina berkedip.Berpikir-mungkin.Lalu
tersenyum lagi,sekali lagi,dan sekali lagi.Seperti mendapat anugerah dari
langit yang begitu besar.Mataku menatap tajam.Alisku naik.Meminta Lna
menceritakan penemuan baru apa yang ia temukan.Dan aku berharap dia menjawab
dengan cerdas untuk hari ini.
“Kenapa kamu ngga cerita ke Pak Razak??Kalau
aku lari enam kali sih ngga papa.Sekalian olahraga.Kalo kamu?Tubuh dah kurus
gitu.Muka pucat lagi,”kata Lina.Tak kira ia mendapat ilham apa.Ternyata itu
hanya membuatku ber-huh kesal.”Pak Razak bukan anak kecil Lin.Dia ngga bakal
ndengerin kita.Kamu tau sendiri kan Pak Razak itu orangnya kayak apa?,”jawabku
yang membuat lina berhenti lari.Aku meninggalkan Lina yang hanya
berdiri.Melanjutkan hukuman ini dengan ikhlas.Walaupun sebenarnya tidak.Namun
kupaksa ikhlas.
Dari kejauhan,Pak Razak memelototiku da
Linayang sudah membuat molor waktu.Dia terus-terusan menunjuk jam tangannya
yang super besar.Mana aku tau sekarang jam berapa.Lari selama apa.Nggak
peduli.Tapi pasti Pak Razak menyuruhku cept cepat bergabung dengan teman
lainnya.Lina malah mendekati Pak Razak.”Pak besok saya mau lari enam kali
nggantiin Ais.Tadi Ais ngga ikut pemanasan gara-gara saya,”bujuk Lina.Yang
tentu saja tidak direspons oleh Pak Razak.Tatapannya lurus,tanpa ekspresi.Dan
dengan dingin,dia meninggalkan Lina
yang masih berkutat dengan wajah melasnya.Sungguhgeli melihat semua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar