Selasa, 24 Februari 2015

Cerpen Remaja disekolah



"SCHOOL YARD"

 

Bel jam ketiga berbunyi.Semua anak kelas IX-3 langsung lari terbirit-birit.Tujuan mereka hanya satu.Kamar mandi.Bukan untuk mandi atau praktik ekskresi defekasi massal.Tapi untuk ganti baju olahraga.Suasana ribut selalu terdengar pada hari Selasa  jam ke-3.Tepatnya saat pelajaran olahraga.
Tidak seperti aku.Walaupun juga  ribut seperti mereka,tapi aku tidak sesibuk mereka.Aku santai saja.Apalagi barusan adalah ulangan matematika yang justru membuatku tertidur.Pergi ke alam mimpi.Bangun tepat bel bunyi.Itupun dibangunkan Lina,teman sebangkuku.
“Aisyah,mau ganti disini apa dikamr mandi?’,ucap Lina setelah membangunkanku dengan mencubitku.Terlihat sekali dia pasang wajah tidak bersalah.”Di kelas aja.Lagian aku dah pke baju olahraga.Tinggal lepas seragam OSIS.Pegel tau bolak-balik kamar mandi.Cubitanmu itu looooh.....”,jawabku dengan mata masih setengah tertutup.Ngantuk berat.Lina tidak menanggapiku.Beberapa menit kemudian,dia sudah berdiri rapi di depanku.”Buruan Ais,keburu telat nih”,seru Lina.Aku hanya mengangguk pelan.Aku siap-siap masuk ‘bad to the day’alias ‘bad day.Dengan cekatan,aku telah berganti baju olahraga.Kalah dikit dengan Lina.Tepat 5 menit.Semua anak IX-3 sudah berada di lapangan.Tinggal aku dan Lina.Mereka sudah berbaris.amenyiapkan pemanasan.Refleks,aku dan Lina langsung lari ke lapangan.Sayangnya Lina malah mengajakku ke kamar mandi.
“Ais”,pangginya.Aku yang berkutat dengan waktu 5 menit,seperti yang dijanjikan pak guru,akhirnya menoleh juga.Lina berhenti lari.Padahal jaraknya  sudah dekat.Dia malah jongkok.Ckk......Ada yang tidak beres,batinku.”Temenin ke kamr mandi yuk!Pengin praktik ekskresi nih...”,bujuk lina.Mukaku terlipat.Tanda tidak setuju.Langsung Lina memberi ekskpresi kasihan di wajahnya.Aku menggeleng.Itu tidak akan berhasil.”Lin,bisa nanti kan?”,jawabku.Lina langsung menunduk.Akhirnya hatiku luluh.
“Siapa yang tidak ikut pemanasan?”,suara itu kembali terdengar setelah seminggu tak pernah sampai ke telingaku.”Saya sedang bicar dengan siapa sih?Tanya ngga ada yang njawab.Sekali lagi.Siapa yang tidak ikut pemanasan?,serunya sekali lagi.Lebih keras dari yang tadi.Suaranya menggelegar.Tubuhnya yang tinggi,kurus.Mtanya yang menjorok ke dalam.Sipit pula.Dengan kacamatanya,ia terlihat gagah.Ditambah lagi tubuhnya yang terlihat atletik.Gaya bicaranya yang khas diantara guru-guru yang lain,membuat ia terkenal dikalangan murid.Dia adalah guru olahragaku.Pak Razak.Yang sekarang sedang petentengan dan memandang kami yang diam.Tanpa muka berdosa,Lina mengangkat tangannya.Aku yang dari tadi disampingnya,langsung menatapnya.Maksud tatapanku itu’jangan angkat tangan Lin.Kayak nggak tau Pak Razak aja’.Akhirnya aku dan Lina lari keliling sekolah sebanyak enam kali.Huffftttttt.....awal yang buruk.
Sudah jadi kebiasaan kelas yang diajar Pak Razak,harus keliling sekolah sebanyak 3 kali tiap olahraga.Dan saat ini,aku dan Lina lari sebanyak enam kali.Ditambah 3 kali sebagai hukuman karena tidak kut pemanasan.
Dengan muka cemberut dan tidak terima,aku akhirnya lari bersama Lina.Lari 3 kali saja,aku dah ngos-ngosan.Yang ini.....malah enam kali bro..Mungkin bisa pingsan aku.Semoga hari ini turun hujan,jadi hukuman dipending dulu.Tapi peluangnya nol.Matahari bersinar terik.Aritinya tidak ada faktor x yang keluar buatku hari ini.Aku menghela nafas berat.
“Ais,senyum dong.Setiap pekerjaan itu harus diterima dengan baik,dinikmati.bukan cemberut,ucap Lina.Aku ngga termotivasi.Terus melaksanakan hukuman hari ii dengan lumayan marah.Uuhhhhh...rasanya kakiku patah.
Lina memandangku sekali lagi.Meminta sahutanku.”Ini ngga balance Lin.Tadi aku kan nemenin kamu ke kamr mandi.Trus kita telat ke lapangan.trus kita ngga ikut pemanasan.Trus ada Pak Razak.Trus kita dihukum.”,jawabku terhadap tatapan Lina.Lina berkedip.Berpikir-mungkin.Lalu tersenyum lagi,sekali lagi,dan sekali lagi.Seperti mendapat anugerah dari langit yang begitu besar.Mataku menatap tajam.Alisku naik.Meminta Lna menceritakan penemuan baru apa yang ia temukan.Dan aku berharap dia menjawab dengan cerdas untuk hari ini.
“Kenapa kamu ngga cerita ke Pak Razak??Kalau aku lari enam kali sih ngga papa.Sekalian olahraga.Kalo kamu?Tubuh dah kurus gitu.Muka pucat lagi,”kata Lina.Tak kira ia mendapat ilham apa.Ternyata itu hanya membuatku ber-huh kesal.”Pak Razak bukan anak kecil Lin.Dia ngga bakal ndengerin kita.Kamu tau sendiri kan Pak Razak itu orangnya kayak apa?,”jawabku yang membuat lina berhenti lari.Aku meninggalkan Lina yang hanya berdiri.Melanjutkan hukuman ini dengan ikhlas.Walaupun sebenarnya tidak.Namun kupaksa ikhlas.
Dari kejauhan,Pak Razak memelototiku da Linayang sudah membuat molor waktu.Dia terus-terusan menunjuk jam tangannya yang super besar.Mana aku tau sekarang jam berapa.Lari selama apa.Nggak peduli.Tapi pasti Pak Razak menyuruhku cept cepat bergabung dengan teman lainnya.Lina malah mendekati Pak Razak.”Pak besok saya mau lari enam kali nggantiin Ais.Tadi Ais ngga ikut pemanasan gara-gara saya,”bujuk Lina.Yang tentu saja tidak direspons oleh Pak Razak.Tatapannya lurus,tanpa ekspresi.Dan dengan dingin,dia meninggalkan Lina   yang masih berkutat dengan wajah melasnya.Sungguhgeli melihat semua ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar